Cari Blog Ini

Rabu, 08 Agustus 2012

Perkembangan bahasa Reseptif dan Ekspresif ( bagi anak tunarungu )

BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Salah satu indera yang dimiliki manusia ialah indera pendengaran. Seringnya anak yang kecil yang berumur 2 atau 3 bulan sudah mampu mendengar suara. Orang yang tidak dapat mendengar, dunia ini terasa sepi. Kurang pendengaran akan merupakan hambatan dalam belajar bicara dan peguasaan bahasa. Akibatnya akan berpengaruh terhadap perkembangan seluruh kepribadian.
Anak dikatakan menderita kelainan pendengaran apabila anak itu tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Tunarungu berhubungan erat dengan sistem pendengaran.
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya suara atau energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara melewati saluran telinga luar. Kemudian gelombang tersebut menggetarkan membaran timpani yang diteruskan ke telinga tengah melalui tulang-tulang pendengaran (malleus, incus, stapes) yang akan mengamplifikasi getaran. Energi getar yang telah diamplifikasi ini diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong (oval window) sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak, lalu getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dalam kokhlea, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan sel-sel rambut di organ corti bergerak sehingga terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga menstimulasi lepasnya neurotransmitter (glutamat) ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius ( N.VIII komponen cochlearis), kemudian impuls saraf diteruskan ke korteks pendengaran primer dan asosiasi (area 41 dan 42) di lobus temporalis.
1.2. Rumusan masalah
a. Bagaimana landasan didaktik pengajaran bahasa anak tunarungu ?
b. Apa perbedaan perdati bebas dan perdati melanjutkan informasi bila dilihat dari titik tolaknya, sumber serta prosesnya?
BAB II
ISI
2.1. Perkembangan bahasa Reseptif dan Ekspresif
Perkembangan bahasa anak tunarungu bermula dari umur 0 sampai dengan tak terhingga. Perkembangan bahasa anak tunarungu terbagi atas :
a. Perkembangan Bahasa pasif (reseptif)
Perkembangan bahasa reseptif atau pasif terjadi pada Pra bahasa (pre lingualistik ) Perkembangan bahasa pasif reseptif terjadi dalam percakapan sehari – hari dengan lingkungannya.
Anak tunarungu akan mengalami gangguan bahasa reseptif yaitu anak memiliki kesulitan dengan pemahaman apa yang dikatakan kepada mereka. Gejala bervariasi antara individu tetapi, secara umum, masalah dengan pemahaman bahasa biasanya dimulai sebelum usia empat tahun.
Anak-anak perlu memahami bahasa sebelum mereka dapat menggunakan bahasa secara efektif. Dalam kebanyakan kasus, anak dengan masalah bahasa reseptif juga memiliki gangguan bahasa ekspresif, yang berarti mereka mengalami kesulitan menggunakan bahasa lisan.
Diperkirakan bahwa antara tiga dan lima persen anak memiliki gangguan bahasa reseptif, atau ekspresif, atau campuran keduanya. Nama lain untuk gangguan bahasa reseptif meliputi gangguan pendengaran dan pusat pengolahan defisit pemahaman. Pilihan pengobatan termasuk terapi wicara-bahasa.
Gejala gangguan bahasa pasif reseptif
• Tidak tampak mendengarkan ketika mereka bicara
• Kurangnya bunga ketika buku cerita yang dibaca kepada mereka
• Ketidakmampuan untuk memahami kalimat rumit
• Ketidakmampuan untuk mengikuti instruksi lisan
• Membelokan kata atau frasa (Echolalia)
• Bahasa keahlian di bawah tingkat yang diharapkan untuk usia mereka.
penyebab gangguan bahasa pasif reseptif
Penyebab gangguan bahasa reseptif seringkali tidak diketahui, tetapi diduga terdiri dari sejumlah faktor yang bekerja dalam kombinasi, seperti :
• kerentanan genetik anak
• eksposur anak untuk bahasa
• perkembangan umum dan kognitif (dan pemahaman) kemampuan
• Cidera otak
Pencegahan
Karena penyebab reseptif-ekspresif bahasa campuran gangguan perkembangan tidak jelas, tidak ada cara khusus untuk mencegah hal itu. Diet sehat selama kehamilan dan perawatan kehamilan secara rutin selalu disarankan. Karena bentuk yang diperoleh gangguan yang disebabkan oleh kerusakan pada otak, apa pun yang membantu untuk mencegah kerusakan otak mungkin memberikan perlindungan terhadap bahwa bentuk kekacauan. langkah-langkah pencegahan tindakan pencegahan seperti menurunkan kadar kolesterol darah, yang dapat membantu mencegah stroke, atau memakai helm sepeda atau mobil Sabuk Pengaman untuk mencegah cedera kepala traumatis.
b. Perkembangan bahasa ekspresif (aktif produktif )
Perkembangan ini berada pada masa perkembangan bahasa (interlinguilitas), anak sudah mulai aktif berpartisifasi dalam percakapan dengan orang dewasa, walaupun penggunaan jumlah katanya masih terbatas dan terkadang pola kalimatnya masih sederhana dan kadang – kadang masih salah penggunaannya. Bahasa ekspresif mencapai puncaknya ketika anak mulai berusia 3 sampai dengan 6 tahun, anak sudah menguasai berbagai macam pola kalimat , berbagai ungkapan dengan tepat , bahkan mampu mengadakan percakapan tanpa bantuan orang lain. Pada usia ini anak sudah memiliki dunia pergaulan yang luas , baik dilingkungan rumah, dan lingkungan sekolah. Luasnya pergaulan mempengaruhi perkembangan bahasa anak baik secara aktif maupun secara pasif. Perkembangan bahasa ditingkat sekolah semakin pesat karena ada penguasaan belajar membaca dan menulis, perkembangan bahasa anak dari masa ke masa sangat meningkat karena dimana ada percakapan disitu terjadi perkembangan bahasa.
FUNGSI PERKEMBANGAN BAHASA
Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa bersama fungsi perkembangan pemecahan masalah visuo-motor merupakan indikator yang paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelek. Gabungan kedua fungsi perkembangan ini akan menjadi fungsi perkembangan sosial. Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik dan nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah kemampuan anak mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi dengan ekpresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal.
• Fungsi berbahasa pada bayi baru lahir
Fungsi reseptif terlihat dengan adanya reaksi terhadap suara. Hal ini pada mulanya bersifat refleks. Kemudian ia memperlihatkan respons motorik berupa terdiam kalau mendengar suara, mengedip, atau seperti gerak terkejut. Fungsi ekspresif muncul berupa mengeluarkan suara tenggorok misalnya bertahak, batuk dan menangis. Fungsi suara tenggorok berangsur menghilang umur 2 bulan, digantikan dengan suara “ooo-ooo”. Senyum sosial telah dapat dilihat pada umur 5 minggu dengan berbicara atau mengelus pipinya. Senyum simetris, tidak seperti senyum asimetris yang dapat terlihat pada saat anak buang air besar atau kecil yang disebut sebagai meringis. Reaksi orientasi terhadap bunyi seperti respons motorik, mengedip atau gerakan seperti kaget merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
• Fungsi berbahasa pada umur 2-12 bulan
Pada umur 2 bulan, bayi dapat mengeluarkan suara “ooo-ooo” dengan irama yang musikal. Pada umur 4 bulan, terdengar suara “agguuu-aguuu”. Pada umur 6 bulan terdengar anak dapat menggumam. Pada umur 8bulan ia dapat mengucapkan “dadada” lalu menjadi “dada” yang belum berarti, disusul “dada” yang diucapkan saat ia melihat ayahnya. “Mama” akan muncul lebih belakang. Ia dapat mengerti “Tidak boleh!” yang disertai suara nada tinggi pada umur 9 bulan. Pada umur 11 bulan ia dapat mengucapkan kata pertama yang benar, disusul kata kedua pada umur 1 tahun. Orientasi terhadap bel dapat digunakan untuk menguji kemampuan reseptif dan orientasi. Pada umur 5 bulan ia menoleh tetapi tidak menatap kepada suara. Umur 7 bulan menoleh dan menatap sumber suara. Umur 10 bulan ia mencari dan menatap sumber suara. Bel tidak dapat digunakan untuk menguji pendengaran dengan baik.
• Fungsi berbahasa 12-18 bulan
Antara 12-15 bulan terdengar munculnya kata-kata baru sebanyak 4-6 kata. Dapat terdengar pula immature jargoning yaitu anak berbicara dalam bahasa yang aneh, atau mencoba mengucapkan kalimat berupa suara yang tidak jelas artinya. Antara 16-17 bulan, ia sudah dapat menguasai 7-20 kata jargoning menjadi lebih matang yang ditandai munculnya kata yang benar diantara kata yang tidak benar. Pada usia 18 bulan, ia dapat mengucapkan kalimat pendek yang susunannya belum benar misalnya :”Joni minta”, “Kasih joni”, “minta susu”.
• Fungsi berbahasa setelah 18 bulan
Pada umur 21 bulan, perbendaharaan kata mencapai 50 kata, dan ia dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2 kata. Ia sudah menggunakan kata “saya”’ kamu walaupun seringkali belum tepat. Pada umur 30 bulan, kata “saya”, “kamu” sudah benar. Pada umur 3 tahun ia menguasai 250 kata dan dapat membentuk kalimat terdiri dari 3 kata. Pada umur 4 tahun ia mulai bertanya mengenai arti suatu kata, terutama yang abstrak. Ia dapat bercerita dan menggunakan kalimat terdiri dari 4-5 kata.
Gejala gangguan bahasa ekspresif
Seorang anak dengan gangguan bahasa reseptif juga mungkin memiliki gangguan bahasa ekspresif, yang berarti mereka memiliki kesulitan dengan menggunakan bahasa lisan. Gejala berbeda dari satu anak ke berikutnya, tetapi bisa termasuk:
• Sering menangkap kata yang tepat
• Menggunakan kata-kata yang salah dalam pidato
• Membuat kesalahan gramatikal
• Mengandalkan pendek, konstruksi kalimat sederhana
• Bergantung pada saham frase standar
• Ketidakmampuan untuk 'datang ke titik' dari apa yang mereka katakan
• Masalah dengan menceritakan kembali sebuah cerita atau menyampaikan informasi
• Ketidakmampuan untuk memulai atau mengadakan percakapan.
2.2. Percakapan sebagai poros perkembangan bahasa
Percakapan merupakan poros dari perkembangan bahasa anak pada umumnya untuk anak mendengar. Namun disini percakapan yang dijadikan poros kegiatan belajar mengajar disekolah Tunarungu yang menggunaka metode oral natural yang reflektif/ metode percakapan yang reflektif (MPR)
• Metode oral natural
Titik berat metode komunikasi oral dalam mengekspresikan gagasan/pikiran/ perasaan:
-Pengucapan/ ujaran
-Membaca ujaran (speech reading)
Tujuan ATR diberikan metode komunikasi oral yaitu agar ATR baik dalam menerima pesan atau mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaannya diharapkan melalui cara-cara yang lazim digunakan oleh anak-anak pada umumnya, juga diharapkan dapat menerima akses kebahasaan yang lebih besar dari lingkungannya
• Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran bahasa agar ATR dapat menggunakan metode komunikasi oral dengan baik,
•Gunakan bahasa sehari-hari secara wajar
•Materi ambil dari pengalaman anak
•Berikan penekanan pada pembelajaran membaca ujaran
•Perkuat latihan meniru ujaran yang wajar
•Gunakan setiap kesempatan untuk memberikan pengalaman bahasa yang wajar
•Gunakan pendekatan percakapan dalam pembelajaran, karena melalui percakapan bukan hanya terjadi pertukaran pengalaman dan pikiran, dalam percakapan terjadi percakapan bahasa yang lengkap, seperti bentuk-bentuk kalimat, gaya bahasa, intonasi, irama dan lagu kalimat, percakapan juga merupakan dasar penguasaan bahasa.
• Jenis-jenis Pendekatan Metode Oral
•Pendekatan oral kinestetik, yaitu suatu pendekatan oral yang mengandalkan membaca ujaran, peniruan melalui penglihatan, serta rangsangan perabaan, dan kinestetik tanpa memanfaatkan sisa pendengaran
•Pendekatan Unisensory, yaitu suatu pendekatan yang memberikan penekanan terhadap penggunaan ABM yang bermutu tinggi serta latihan mendengar. Dalam pendekatan ini membaca ujaran dinomorduakan.
•Pendekatan Oral Grafik, yaitu pendekatan oral yang menggunakan tulisan sebagai sarana dalam mengembangkan kemampuan komunikasi oral.
Orang mengalami gangguan fungsi otak mengalami kesulitan dalam mengontrol organ artikulasi dan mengalami kelemahan dalam mengingat data yang disajikan secara berurutan, seperti dalam membaca ujaran
• Kelebihan-kelebihan menggunakan metode komunikasi oral
•Metode komunikasi oral lebih fleksibel, baik pembicara maupun lawan bicara, lebih bebas
•Metode komunikasi oral lebih berdifrensiasi, dapat mengungkapkan nuansa perasaan dan hal-hal yang abstrak
•Menggembirakan, karena dapat digunakan untuk melakukan komunikasi lebih luas dengan masyarakat pada umumnya
Kelemahan-kelemahan menggunakan metode komunikasi oral
•Sulit dilaksanakan bagi anak yang mengalami gangguan pendengaran dan mengalami gangguan lain, seperti: gangguan penglihatan, gangguan kecerdasan
•Terdapat beberapa konsonan yang dasar pengucapannya tidak dapat diamati secara kasat mata, karena dibentuk di bagian belakang mulut, seperti: k, g, serta yang tidak dapat dibedakan pada waktu diucapkan, seperti pada kata ”babi –papi, palu –malu, baju –maju”
•Sulit diamati pada jarak panjang yang agak jauh
•Banyak kata-kata dalam gerak bentuk bibir sama tetapi memiliki makna yang berbeda.
Van Uden membedakan adanya :
A. Percakapan dari hati ke hati (PERDATI)
B. Percakapan Linguistik
a) Percakapan Dari Hati ke Hati (PERDATI)
PERDATI Merupakan percakapan yang bersifat spontan antara anak dengan orang tua , guru, orang lain, antar anak itu sendiri, dlm suasana santai, rileks, akrab, serta terjadi inter subyektivitas. Menerapkan metode tangkap dan peran ganda dengan moto ”Apa yang ingin kau katakan katakanlah begini…”
• Prinsi-Prinsip Perdati
Percakapan harus :
•Bersifat spontan, wajar, dan rileks
•Berlangsung dalam suasana akrab, menarik, hangat, situasional, dan menyenangkan.
•Menggunakan bahasa penghayatan, atau bahasa percakapan dari kehidupan sehari-hari.
•Mengalir, lancar,dan fleksibel.Mengandung pemupukan empati.
• Tujuan Perdati Langsung/jangka pendek
Dengan sesering mungkin melakukan perdati, anak tunarungu diharapkan sesegera mungkin:
o Memperoleh /menguasai bahasa percakapan sehari-hari.
o Menyadari dan menguasai cara berkomunikasi oral dengan lingkungannya.
o Menyadari adanya berbagai fungsi bahasa dan mampu mengguakakannya dalam situasi yang tepat.
o ATR sbg makhluk sosial terampil berbahasa dan berkomunikasi lisan maupun tulisan dengan bahasa yg baik dan benar.
o Mempunyai dasar untuk mempelajari dan menguasai berbagai ilmu pengetahuan.
• Macam – Macam PERDATI
PERDATI terbagi dua yaitu :
1. PERDATI MURNI / BEBAS
PERDATI bebas Disebut perdati murni karena percakapan berasal dari ungkapan perasaan yang keluar dari lubuk hati anak sendiri, dan tidak dipengaruhi siapapun. Disebut perdati bebas karena materi percakapannya masih sangat bebas.Perdati umumnya terjadi pada ATR usia balita atau ATR yang belum menguasai bahasa oral.
2. PERDATI MELANJUTKAN INFORMASI
PERDATI Melanjutkan Informasi yaitu Percakapan yang diawali dengan adanya informasi , penyampaian berita, pemberitahuan dari seseorang anak atau dua, tiga anak atau dapat juga dari guru tentang suatu hal yang tidak dialami bersama yang menyangkut pengetahuan.Mulai dilaksanaklan di kelas dasar yang lebh tinggi.Pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan perdati murni.
b) PERCAKAPAN LINGUISTIK
Percakapan Linguistik yaitu Dalam percakapan lingustik anak mengadakan refleksi atas bahasanya. Bahan biasanya berupa surat atau buku bacaan dalam bahasa Indonesia. Anak dan guru menggunakan buku catatan hasil percakapan serta pekerjaan rumah perorangan. Di samping latihan refleksi, juga ada latihan rekonstruksi dan konstruksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan bahasa terjadi paling cepat terjadi antara usia 2-5 tahun. Perbendaharaan kata bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Susunan kalimat meningkat dari ”telegrafi” kalimat dua- dan tiga-kata sampai penggabungan semua aturan tata bahasa pokok. Mudahnya, antara usia 2 sampai 5 tahun, jumlah kata-kata dalam kalimat yang khas sama dengan usia anak (2 pada 2 tahun, 3 pada 3 tahun, dan selanjutnya). Pada usia 21 bulan sampai 2 tahun, kebanyakan anak menggunakan kalimat posesif (”ini bola saya”), progresif (”saya sedang bermain”), pertanyaan, dan kalimatb penolakan. Saat usia 4 tahun, kebanyakan anak dapat menghitung sampai 4 dan dapat menggunakan kalimat-kalimat lampau, pada usia 5 tahun, anak dapat menggunakan kalimat-kalimat rencana masa depan. Anak tidak bisa menggunakan bahasa kiasan, mereka hanya mengerti arti langsung dari sebuah kata.
Sangat penting untuk membedakan cara bicara (produksi dari suara yang dapat dimengerti) dan bahasa, yang berkenaan dengan sikap mental yang mendasari. Bahasa terdiri dari fungsi ekspresif dan reseptif. Variasi bahasa reseptif (mengerti) kurang daripada tingkat kemahiran bahasa ekspresif.
Kemahiran berbahasa secara prinsip tergantung dari input lingkungan. Faktor yang menentukan ialah jumlah dan variasi cara berbicara kepada anak secara langsung dan dari seberapa sering orang dewasa bertanya pertanyaan dan mendorong anak untuk berbicara. Anak yang dibesarkan dalam kemiskinan menunjukan nilai perkembangan bahasa yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang dibesarkan pada keluarga yang mampu.
Walaupun pentingnya pemajanan bahasa, banyak ahli bahasa yakin bahwa mekanisme dasar untuk kemahiran berbahsa ialah ”kabel keras” ke dalam otak. Anak tidak hanya meniru ucapan orang dewasa. Lebih tepatnya mereka meringkas aturan tata bahasa yang rumit dari bahasa sekitarnya dengan membuat hipotesis lengkap dan memodifikasinya terus-menerus. Generalisasi yang berlebihan, seperti tambahan sembarangan pada bunyi ”s” di akhir kata untuk membedakan benda tunggal atau bunyi ”ed” untuk bentuk lampau, memberi bukti adanya aturan-aturan lengkap tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Heidi M. Feildman Evaluation and management of speech and language disorder in
preschool children. Pediatrics in Review 2005 ; 26 (4) 131142
http://ryaneducationforall.blogspot.com/
http://dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_8113.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar