Cari Blog Ini

Rabu, 08 Agustus 2012

HAMBATAN ANAK TUNARUNGU PADA ASPEK SOSIAL DAN KEPRIBADIAN

BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.
Pendengaran merupakan alat sensoris utama untuk berbicara dan berbahasa. Kehilangan pendengaran sejak lahir atau sejak usia dini akan menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain secara lisan Kehilangan pendengaran pada seorang anak juga berpengaruh pada perkembangan fungsi kognitifnya, karena anak tunarungu mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang bersifat verbal terutama konsep-konsep yang bersifat abstrak yang memerlukan penjelasan. Pemahaman konsep dan proses pembentukan pengertian betapa pun sederhananya diperlukan keterampilan berbahasa yang memadai sebab bahasa merupakan alat untuk berfikir. Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam berbahasa secara lisan ,oleh karena itu anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mengikuti program pendidikan.
2) Rumusan Masalah
 Apa Sajakah Teori yang Berhubungan dengan hambatan Aspek Sosial dan Kepribadian Anak Tunarungu ?
 Bagaimanakah Hambatan Aspek Sosial dan Kepribadian dapat Mempengaruhi Pendidikan Anak Tunarungu ?
 Apa Sajakah Strategi atau Metode Penganan Hambatan Aspek Sosial dan Kepribadian Anak tunarungu ?
3) Tujuan
 Untuk Mengetahui dan Memahami Teori yang Berhubungan dengan hambatan Aspek Sosial dan Kepribadian Anak Tunarungu.
 Untuk Mengetahui dan Memahami Mengapa Hambatan Aspek Sosial dan Kepribadian dapat Mempengaruhi Pendidikan Anak Tunarungu.
 Untuk Mengetahui dan Memahami Alternatif, Strategi atau Metode Penganan Hambatan Aspek Sosial dan Kepribadian Anak tunarungu.
4) Manfaat
 Kita dapat Mengetahui dan Memahami Teori yang Berhubungan dengan hambatan Aspek Sosial dan Kepribadian Anak Tunarungu.
 Kita dapat Mengetahui dan Memahami mengapa Hambatan Aspek Sosial dan Kepribadian dapat Mempengaruhi Pendidikan Anak Tunarungu.
 Kita dapat Mengetahui dan Memahami Jenis Strategi atau Metode Penganan Hambatan Aspek Sosial dan Kepribadian Anak tunarungu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Landasan Teori
a. Pengertian Anak Tunarungu
Tunarungu merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan kehilangan pendengaran yang dialami oleh seseorang. Secara umum tunarungu dikategorikan kurang dengar dan tuli, sebagimana yang diungkap Hallahan dan Kauffman (1991:26) bahwa Tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar yang meliputi keseluruhan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar.
Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu mendengar, sedangkan seseorang yang kurang dengar adalah seseorang yang biasanya dengan menggunakan alat bantu mendengar, sisa pendengarannya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran”.
Pengertian mengenai tunarungu juga sangat beragam, yang semuanya mengacu pada keadaan atau kondisi pendengaran anak tunarungu. Menurut Andreas Dwijosumarto dalam seminar ketunarunguan di Bandung (1988:8) dalam Permanarian Somad dan Tati H (1996:27) menyatakan bahwa “Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan terutama melalui pendengaran”. Dalam www.dit.plb.or.id bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran dan percakapan dengan derajat pendengaran yang bervariasi antara 27db-40db (sangat ringan), 41db-55db (ringan), 56db-70db (sedang), 71db-90db (berat) dan 91 db ke atas dikatakan tuli.
b. Teori Dampak Ketunarunguan
Menurut Borthtoyd, A. Dalam Sadja’ah, E. (2005: 1) menjelaskan berbagai dampak yang ditimbulkan sebgai akibat dari ketunarunguan mempengaruhi dalam hal:
1. Masalah auditif,
2. Masalah bahasa dan komunikasi,
3. Masalah intelektual dan kognitif,
4. Masalah pendidikan,
5. Masalah sosial,
6. Masalah emosional,
7. Bahkan masalah vokasional.
Kehilangan pendengaran berakibat langsung pada kemampuan penggunaan bahasa dan kemampuan berkomunikasi. Oleh karena itu nak tunarungu memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk mengadakan interaksi sosial dengan, orang lain yang ada di lingkungannya.
Keadaan seperti ini akan berakibat pada perkembangan kepribadian, dengan ditandai oleh rasa harga diri kurang , diliputi oleh perasaan malu-malu, memiliki perasaan curiga dan cemburu yang berlebihan , sering merasa diperlakukan tidak adil, sering diasingkan oleh keluarga dan masyarakat egocentric, impulsive, suggestable dan cenderung memiliki perasaan depresif (Thomas Irianto, 1988). Ciri-ciri kepribadian tersebut juga merupakan akibat dari perlakuan orang tua dan masyarakat terhadap anak tunarungu.
Hubungan manusia dengan lingkungan bersifat transaksional,umumnya tingkah laku itu terjadi karena adanya hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara individu dengan lingkungan di sekitarnya. Fungsi-fungsi sensoris bertindak sebagai perantara antara individu dengan lingkungannya,baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Gangguan pada salah satu fungsi penginderaan akan berpengaruh pada hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya yang bersifat transaksional tadi.
Seorang individu yang mengalami gangguan pendengaran tertutup dari rangsangan suara yang berasal dari lingkungannya yang merupakan bagian integral dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu kehilangan pendengaran menyebabkan terhambatnya kemampuan untuk berkomunikasi secara bebas dan efektif dengan keluarga ,teman-teman dan orang lain yang berada di sekitarnya.
Manusia berkomunikasi saling berhubungan ,dan saling mempengaruhi melalui bahasa, meskipun bahasa itu dapat dinyatakan secara tertulis,tetapi bahasa lisanlah cara yang paling banyak digunakan dalam pergaulan hidup sehari-hari. Di sinilah pentingnya fungsi pendengaran dalam melakukan fungsi sosial. Dengan demikian kehilangan pendengaran akan menimbulkan masalah psiko-sosial pada orang yang menyandangnya.
1. Dampak Ketunarunguan
Karakteristik dalam segi emosi dan sosial
Dengan ketunarunguan dapat mengakibatkan berkurangnya kepercayaan diri dan merasa asing dari masyarakat tempat mereka hidup, sehingga tampak adanya kekurangan dalam interaksi sosial dengan lingkungan tersebut. Dengan demikian semua ini mengakibatkan munculnya suatu keterasingan antara mereka dengan anak normal yang mendengar lainnya. Selain itu, anak tunarungu cenderung memiliki pandangan yang negatif atau bertindak kurang menyenangkan terhadap lingkungan. Untuk itu akan tampak pula efek-efek negatif lainnya, antara lain :
 Egosentrisme yang melebihi anak normal
Daerah pengamatan anak tunarungu lebih kecil jika dibandingkan dengan anak yang mendengar, mereka hanya mampu menangkap dan memasukan sebagian kecil dunia luar ke dalam dirinya. Jadi makin sempit perhatiannya, dunia di luar hidupnya semakin menutup dan mempersempit kesadaran. Bagi anak yang masih mempunyai sisa pendengaran, dan jika alat bantu pendengarannya dipakai sejak kecil maka akan dapat membantu memfungsikan sisa pendengaran yang ada. Sehingga didalam menepuh hidupnya dapat terjalin komunikasi dan interaksi sosial dengan masyrakat dilingkungannya. Selain itu kita sangat menyadari bahwa penglihatan dan pengamatan anak tunarungu sangat besar peranannya, sehingga dalam perjalanan hidupnya mereka memiliki sifat “sangat ingin tahu” seolah-olah mereka selalu haus untuk melihat. Hal tersebut bisa juga terjadi pada orang yang mendengar, tetapi bagi anak tunarungu sifat tersebut lebih menonjol.
 Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas
Bagi orang normal yang mendengar dapat saja suatu saat dihinggapi perasaan takut akan kehidupan ini, tetapi bagi anak tunarungu perasaan tersebut akan lebih sering muncul. Semua ini dapat terjadi karena anak tunarungu sering merasa kurang menguasai keadaan yang ada hal ini di akibatkan karena pendengaran yang mengalami ganguan, sering muncul pada dirinya kekuatiran yang lebih akhirnya dapat menimbulkan suatu ketakutan.
 Ketergantungan terhadap orang lain
Sikap ketergantungan terhadap orang lain atau terhadap apa yang sudah dikenalnya dengan baik, merupakan sikap bahwa mereka memiliki rasa keputusasaan dan selalu mencari bantuan dan perlindungan terhadap orang lain, maka di sini berarti anak tunarungu kurang percaya diri dan kurang yakin dengan apa yang telah dimiliki.
 Perhatian yang sukar dialihkan
Suatu hal yang sering terjadi pada anak tunarungu baik disekolah maupun di lingkungan tempat mereka tinggal, apabila ia menyukai suatu benda, atau menyukai suatu jenis kegiatan yang berupa keterampilan maupun permainan bisa mereka melakukannya maka perhatiannya sulit untuk dialihkan. Anak tunarungu sukar diajak berfikir tentang hal-hal yang belum terjadi artinya anak tunarungu kurang akan fantasi (abstrak).
 Memiliki sifat polos, sederhana tanpa banyak masalah
Di dalam hidupnya sehari-hari mereka seakan-akan tidak mempunyai beban. Biasanya dengan mudah menyampaikan perasaannya kepada orang lain tanpa berfikir dan mempertimbangkan atau memandang bermacam-macam segi yang mungkin menjadi penghalang. Hal ini bisa dipahami karena anak tunarungu tidak memilih alternatif lain karena anak tunarungu tidak menguasai suatu ungkapan dengan baik, bila itu tidak berkenan dalam hatinya maka anak tunarungu lansung menyampaikan walaupun perkataannya akan menyingung perasaan seseorang.
 Lebih mudah marah dan cepat tersinggung
Karena sering mengalami kekecewaan disebabkan karena kesukaran dalam menyampaikan fikiran perasaan kepada orang lain, hal ini diekspresikan dengan kemarahan. Mereka kadang kala berfikir bahwa setiap orang yang berbicara dihadapan mereka seakan-akan yang dibicarakan oleh orang lain tersebut adalah membicarakan dia, atau mengeledeknya. Anak tidak akan tersinggung apabila mampu memahami, mengerti dan menguasai dirinya melalui bahasa yang dimilikinya luas. Artinya apa yang dibicarakan orang lain akan lebih mudah dia kuasai dan akan semakin mudah pula mereka berbicara. Akhirnya semua ini akan dapat menumbuhkan keyakinan di dalam menerima dirinya, dengan kata lain kepercayaan diri semakin tinggi, akhirnya akan menunjukkan kematangan dalam berprilaku (kepribadiannya).
2.2 Perkembangan Sosial Anak Tunarungu
Anak tunarungu memiliki kelainan dalam segi fisik biasanya akan menyebabkan suatu kelainan dalam penyusuaian diri terhadap lingkungan. Anak tunarungu banyak di hinggapi kecemasan karena menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, anak tunarungu sering mengalami berbagai konflik, kebingungan, dan ketakutan karena ia sebenarnya hidup dalam lingkungan yang bermacam- macam.kesulitan bahasa tidak dapat di hindari untuk anak tunarungu, namun tidaklah demikian karena anak ini mengalami hambatan dalam bicara
Gangguan sosial bagi anak yang pendengarannya rusak akan menghadapai kesulitan perkembangan dalam cara-cara bertingkah laku yang tepat terhadap orang lain. Mereka tidak dapat mendengarkan nada suara yang menunjukan suatu emosi.
` Pada tahun-tahun berikutnya mereka tidak mengetahui aturan-aturan social yang dijelaskan kepada mereka. Yang penting ialah, mereka mengekspresikan perilaku manipulatif dan ritualistik sebagai pengganti bahasa dalam usahanya untuk mempengaruhi orang lain.
2.5 Hambatan Sosial Pada Anak Tunarungu
Kehilangan pendengaran berakibat langsung pada kemampuan penggunaan bahasa dan kemampuan berkomunikasi. Oleh karena itu nak tunarungu memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk mengadakan interaksi sosial dengan, orang lain yang ada di lingkungannya.
Keadaan seperti ini akan berakibat pada perkembangan kepribadian, dengan ditandai oleh rasa harga diri kurang , diliputi oleh perasaan malu-malu, memiliki perasaan curiga dan cemburu yang berlebihan , sering merasa diperlakukan tidak adil, sering diasingkan oleh keluarga dan masyarakat egocentric, impulsive, suggestable dan cenderung memiliki perasaan depresif (Thomas Irianto, 1988). Ciri-ciri kepribadian tersebut juga merupakan akibat dari perlakuan orang tua dan masyarakat terhadap anak tunarungu.
Usaha membimbing anak tunarungu kearah penyesuaian psikologis (psychological adjustment) yang sehat, akan sangat tergantung pada interaksi yang menyenangkan antara anak dengan orang tua . Kesadaran dan pemahaman orangtua serta anggota keluarga yang baik terhadap anak tunarungu akan sangat membantu dalam mengembangkan sikap sosial dan kepribadian anak kearah yang positif.
Persoalan yang sering menimbulkan kesulitan pada orangtua anak tunarungu adalah dalam hal disiplin dalam arti sering terjadi kesalahpahaman antar orangtua dengan anak tunarungu karena saling tidak mengerti apa yang dimaksud oleh masing-masing. Hal seperti ini sering menimbulkan gangguan tingkah laku bagi anak tunarungu, karena anak merasa orangtua tidak mau mengerti apa yang ia maksud.
2.6 Metode penanganan Hambatan Anak Tunarungu Dalam Hubungan Sosial
1) Latihan sosial anak tunarungu dapat dilakukan di :
 Di mulai dirumah. Sebagaiman diketahui bahwa banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa pengalaman yang mereka berikan, kurang memberikan pengalaman batiniah. Seperti dengan memberikan berbagai jenis mainan, tetapi tidak dipuaskan dengan memberi kepuasan untuk mengkomunikasikan perasaan senangnya. Oleh karena itu orang tua hendaknya memberikan kepuasan dalam pengalaman lahiriah maupun batiniah. Sekalipun anak tunarungu belum dapat bicara, orang tua wajib mengkomunikasikannya dengan cara menagkap maksud anak, gerak gerik badan , ekspresi wajah atau lewat suara yang dikeluarkan sambil menunjuk sesuatu.
 Latihan selanjutnya memberikan kesempatan pada anak tunarungu bergabung dengan keluarganya, orag asing ataupun dengan teman sebayanya. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dimana anak dapat ikut gabung bersama keluarganya pada saat jam makan siang dan malam, dan beraktivitas bersama keluarga, orang tua juga dapat mengajak anak untuk mengunjungi kerabat dan memperkenalkan mereka pada sanak saudara yang datang berkunjung.
 Kegiatan yang lain adalah memberi kesempatan kepada anak untuk bermain seluas mungkin dengan teman sebayanya karena bermain merupakan aktivitas belajar. Banyak jenis permainan yang secara tidak langsung mempersiapkan anak untuk hidup bermasyarakat dan melatih fisik dan mental. Biarkan anak tunarungu untuk dapat bermain dengan anak normal agar mereka belajar mengatasi usia bergaul di usia jenjang.dan sebaiknya teman yang normal diberika penjelasan bagaimana cara berkomunikasi.
 Anak tunarungu diberi prilaku yang baik. Melakukan pekerjaan bersama-sama akan lebih cepat dimengerti oleh anak tunarungu dari pada memberikan perintah dengan kalimat yang panjang.
 Kegiatan latihan selanjutnya yaitu melatih anak untuk meningkatkan keterampilannya dalam berbagai barang-barang miliknya ataupun perasaan kepemilikan bersama sehingga ia akan rela menunggu untuk mendapat giliran dan perhatian dari orang tua dan gurunya.
 Terakhir adalah dalam melatih keterampilan sosial adalah jangan pernah mendorong anak tunarungu utuk bersosialisasi pada saat ia belum siap melakukannya. Secara alami, anak mungkin merasa malu atau belum siap serta bagi anak tunarungu anak akan merasa menutup diri dari lingkungan akibat ketunarunguannya. Oleh karena itu pemberian motivasi secara perlahan akan sangat membantu anak, sebaliknya apabila ada pemaksaan pada saat anak belum siap maka akan membuat anak menarik diri dari lingkungan.
2) Materi Pembelajaran Pengembangan Sosial
Perkembangan sosial anak tunarungu sangat terkait dengan perkembangan emosional anak. Oleh karena itu, target prilaku yang menjadi sasaran memiliki kesamaan.
 Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain, untuk mengerti pandangan dan perasaan orang tersebut atau untuk mengalami seperti apa yan dialami oleh orang tersebut. Bagi anak tunarungu perkembangan empatinya sama seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu orang tua dan juga guru harus memberikan medel dan prilaku yang baik agar anak tunarungu juga akan menirukan prilaku yang baik dari orang terdekatnya. Empati bagi anka tunarungu sangat berperan penting dalam sosialisasi . karena adanya proses berempati yang baik akan memantu anak bergaul dengan lingkungannya secara lebih sehat dan bertanggung jawab.
 Afiliasi
Bagi anak tunarungu cenderung memiliki rasa takut dan rasa cemas yang berlebiahan akibat ketunarunguan yang dialaminya.oleh karena itu proses afiliasi sangat berperan penting bagi anak tunarungu untuk dapat bergaul bersama orang lain. Seperti apabila anak membeli suatu jajanan, ditemani oleh teman teman sebayanya agar anak merasa terlindungi dan tidak merasakan cemas dan takut yang berlebihan.
 Identifikasi
Identifikasi adalah proses pengaruh sosial pada seseorang yang didasarkan pada keinginan orang tersebut menjadi individu lain yang dikagumi. Bagi anak tunarungu proses identifikasi tidak jauh berbeda dengan anak normal .di taman kanak-kanak proses identifikasinya kerap diperlihatkan untuk mengikuti teman sebayanya yaitu menirukan prilaku atau penampilan yang sering dilakukan oleh teman sebaya ataupun oleh keluarga terdekat seperti ayah, ibu, kakak. Seperti seorang anak perempuan yang sering menggunakan pewarna bibir karena ia ingin seperti ibunya. Namun, dengan pertambahan usia anak, biasanya anak mulai berontak pada displin dirumah ataupun disekolah. Oleh karena itu guru sebaiknya menerapkan nilai-nilai moral.
 Self Acceptance
Adalah sikap menerima diri sendiri, suatu sikap yang erat kaitannya dengan kemampuan seorang anak dalm menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya.biasanya bagi anak tunarungudapat menerima dirinya sebagai anak tunarungu karena dia juga melihat teman yang disukainya juga memilki ketunarunguan sama seperti dirinya . hal ini biasanya membawa pengaruh penyesuain diri yang kurang baik. Oleh karena itu guru, orang tua ataupun teman sebaya yang normal memberikan pengarahan dan motivasi agar anak dapat berinteraksi dengan orang sekitar dan lingkunagn masyarakat tanpa adanya rasa cemas anak.
Dalam menciptakan suatu lingkungan yang relevan sesuai dengan tugas dan perkembangan psikologi sosial anak tunarungu, peran orang tua, guru serta masyarakat sangatlah dibutuhkan.tanpa memandang sutu perbedaan yang ada. Dengan mengadakan interaksi sosial yang berkelanjutan, anak tunarungu diharapkan dapat mengembangkan kemampuan bahasa dan bicara, agar anak dapat melatih kemampuan bicaranya secara langsung serta dapat menerima norma-norma yang ada dalam masyarakat dan bisa menyesuaikan diri apabila dilatih sejak kanak-kanak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu akibat yang muncul dari ketunarunguan adalah permasalahan sosial pada anak Tunarungu. Permasalahan ini menimbulkan seperti sikap tidak percaya, curiga, egosentrisme yang melebihi anak normal, dan sifat polos tanpa adanya beban. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, kerjasama antara orang tua dan guru sangatlah diperlukan seperti dengan cara orang tua yang memberikan kepuasan lahiriah dan batiniah serta memberi kesempatan pada anak untuk berkomunikasi dengan orang lain, tidak terbatas hanya pada lingkungan rumahnya saja.
3.2 Saran
Jadi pihak keluarga dan sekolah jangan lah melarang mereka bergaul dengan orang lain, karena dalam pergaulan tersebut adalah salah satu cara dia melatih komunikasi dan bersosial kepada orang lain, sehingga anak tersebut tidak akan kaku dalam hal sosial. Keluarga dan sekolah hendaknya mendukung dan selalu memberikan motivasi kepada anak agar dia memperoleh rasa percaya diri yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
http://dc352.4shared.com/doc/6xqXEMSy/preview.html
http://primabhaktimulia.wordpress.com/
Mulyono, Abdurrahman. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta: Proyek pendidikan tenaga akademik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar