Cari Blog Ini
Rabu, 08 Agustus 2012
ALAT OPTIK DAN KEGUNAANNYA ( bagi anak tunanetra )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tersedianya banyak alat bantu low vision memberi para praktisi dalam bidang low vision berbagai opsi untuk membantu anak-anak yang menyandang ketunanetraan. Seyogyanya tidak akan dijumpai suatu kondisi di mana anak low vision tidak dapat dibantu dengan suatu bentuk alat bantu low vision yang sesuai dengan kebutuhan pendidikannya. Bentuklah sebuah tim pembina penglihatan, yang keanggotaannya mencakup seorang optometris, guru spesialis tunanetra, petugas rehabilitasi dan orang tua anak, perlu mengadakan pertemuan konsultasi bersama anak untuk menentukan bentuk alat bantu low vision yang paling sesuai dengan kebutuhan individu anak itu. Pentingnya asesmen oleh seorang optometris yang berkualifikasi tidak dapat terlalu ditekankan, karena kaca mata dengan resep yang tepat hanya merupakan langkah awal dari penanganan low vision. Optometris, yang memiliki pengetahuan luas tentang proses penyakit tertentu yang mengakibatkan ketunanetraan itu, dapat melakukan pemeriksaan refraksi dan melakukan asesmen serta memberi advis sehubungan dengan masalah low vision yang dihadapi anak.
Bagi banyak anak, sebuah alat bantu low vision dapat merupakan alat yang serba guna. Akan tetapi, bagi kasus-kasus tertentu, alat-alat ini mungkin terbatas atau spesifik kegunaannya, dan tidak ada pendekatan yang standar ataupun cara pemecahan yang seragam, karena setiap anak memiliki kebutuhan visual yang berbeda.
1.2 Rumusan Masalah.
1.2.1 Apa pengertian Low Vision ?
1.2.2 Apa saja kah Alat-alat Optik serta cara penggunaanya ?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Low Vision.
1.3.2 Untuk mengetahui Alat-alat Optik dan cara penggunaanya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Low Vision.
Istilah low vision mungkin kurang dikenal dikalangan masyarakat. Bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia, low berarti rendah dan vision artinya penglihatan. Mungkin sekedar sebatas itu saja masyarakat memahami pengertian low vision. Kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa sebenarnya istilah low vision memang diberikan untuk orang-orang yang mengalami keterbatasan penglihatan.
Jadi istilah low vision digunakan untuk membedakan antara orang yang tidak dapat melihat (buta) dengan orang yang mengalami gangguan penglihatan. Low vision merupakan bagian dari kebutaan. Tetapi istilah low vision diberikan kepada orang yang memiliki lemah daya penglihatan namun masih dapat melihat meskipun terbatasLow vision bisa digolongkan sebagai ketunanetraan, tetapi tunanetra tidak dapat disebut low vision. Tidak semua yang mengalami gangguan penglihatan dapat disebut low vision.
Low Vision adalah rusaknya fungsi penglihatan yang tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula meskipun melalui penanganan medis, seperti operasi, penggunaan obat-obatan, dan tidak dapat dikoreksi secara refraktif dengan kacamata ataupun lensa kontak. Tetapi Low Vision masih mempunyai sisa penglihatan yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti; mampu berjalan tanpa bantuan tongkat, meskipun mengalami berbagai hambatan dan kesulitan, misalnya saat menyeberang atau menghentikan kendaraan umum, mereka juga dapat membaca huruf latin dengan bantuan kaca pembesar (magnifying glass) dan CCTV (Closed Circuit Television), menonton TV dapat dilakukan meskipun tidak senyaman orang awas , karena hanya dapat dilakukan dari jarak yang sangat dekat dan aktivitas lainnnya. Meskipun terbatas, Low Vision bukan berarti buta, tetapi tidak pula dapat dikatakan normal.
Saat ini di seluruh dunia, menurut data WHO sebanyak 45 juta orang mengalami kebutaan. Sedangkan di Indonesia, lebih dari 3 juta orang. masih banyak masyarakat yang belum mengetahui cara memelihara kesehatan mata mereka, dan mengenali gejala awal gangguan penglihatan, sehingga pada akhirnya dapat berakibat fatal dikemudian hari.
2.2 Alat-alat Optik dan Kegunaannya.
A. Kacamata Pembesar.
Kacamata pembesar lebih kuat dari gelas biasa. Bila Anda menggunakannya, Anda perlu mengadakan bahan bacaan Anda sangat dekat, jika tidak cetak tidak fokus. Ini mungkin merasa canggung pada awalnya, tetapi Anda akan menjadi terbiasa. Mereka dirancang untuk bekerja dekat, sehingga kacamata pembesar meninggalkan kedua tangan bebas untuk memegang bahan bacaan. lebih kuat daripada kacamata biasa serta membantu penderita melakukan kegiatan yang berdekatan dengan mata seperti membaca, menulis, dll. Sementara kacamata ini dikenakan, penderita harus memegang materi yang dibaca dari jarak sangat dekat agar benda atau tulisan lebih terfokus. Awalnya mungkin akan terasa janggal, tapi kemudian akan terbiasa. Alat ini dirancang untuk melihat pekerjaan yang berdekatan dengan mata. Materi yang akan dibaca dapat dipegang bebas oleh tangan. Bingkainya ada yang penuh, ada yang setengah.
B. Stand Magnifier.
Seperti halnya alat magnifikasi genggam, alat magnifikasi berdiri ini mudah didapat. Lebih perlu diperhatikan adalah satu pertanyaan yang sering diajukan: "Apakah anak tunanetra sebaiknya memakai kaca mata jauhnya atau kaca mata bacanya bila menggunakan alat magnifikasi ini?" Jawabannya sederhana. Sebagai patokan, jika lensa +4,00 D diletakkan di atas alat magnifikasi itu dan citra yang dihasilkan melalui sistem gabungan ini tetap terfokus, maka anak itu harus menggunakan kaca mata bacanya. Jika citra itu tampak kabur, maka jarak bacanya harus dikoreksi.
Pada jenis yang berdaya tinggi, alat magnifikasi ini biasanya dilengkapi dengan lampu sehingga permukaan bahan bacaan menjadi terang. Untuk tingkat magnifikasi yang tinggi seperti ini, dibutuhkan banyak cahaya, dan alat magnifikasi itu mungkin menggunakan tenaga listrik, baterai atau gabungan keduanya. Disarankan agar digunakan tenaga listrik karena baterai cepat sekali habisnya.
Stand Magnifier (kaca pembesar dengan kaki) penggunaannya untuk :
a. Membaca surat kabar atau buku.
b. Melihat diagram atau gambar.
Kelebihan:
a. Memiliki jarak yang tetap untuk setiap gerakan.
b. Mudah dipakai.
c. Tersedia dari kekuatan rendah sampai tinggi.
d. Memungkinkan sinar mengenai tulisan jika kaki-kaki kecil dan sempit.
e. Dapat memakai alat bantu lain.
Kekurangan:
a. Memerlukan tangan untuk memegangnya.
b. Tidak terpakai untuk suatu aktivitas, seperti menulis.
c. Tidak kelihatan normal.
d. Harganya mahal.
e. Perlu penyangga buku.
C. Hand Magnifier.
Ini merupakan bentuk alat bantu low vision yang paling sederhana dan paling banyak dipergunakan. Kita perlu sangat berhati-hati dengan kaca pembesar ini karena tingkat magnifikasi yang dinyatakan pada alat ini mungkin tidak sesuai dengan yang dibutuhkan anak. Sebabnya adalah bahwa para produsen alat magnifikasi menggunakan formula yang berbeda-beda untuk menghitung tingkat magnifikasi bagi produknya.
Hand Magnifier (kaca pembesar yang dipegang) penggunaannya untuk:
a. Membaca tanda, label, harga buku.
b. Mengenali uang.
c. Mengamati benda seperti tanaman atau serangga.
d. Menulis.
Kelebihan:
a. Mudah dibawa.
b. Tersedia kekuatan rendah sampai tinggi
c. Murah.
d. Dapat dipakai pada posisi dan sudut apapun.
e. Memungkinkan memantulkan sinar ke tulisan atau benda.
Kekurangan:
a. Sulit untuk menentukan jarak yang sesua.
b. Memerlukan tangan untuk memegangnya.
c. Sulit dipegang dengan tetapd. Sulit untuk menulis.
d. Jarak baca dapat berubah-ubah
D. CCTV (Closed Circuit Television).
Konsep CCTV adalah sederhana. Sebuah kamera video digunakan secara real time untuk menangkap gambar dari bahan bacaan dan menampilkannya pada monitor. Sebagai contoh, kontras miskin cetak surat kabar dapat diperbesar 40X, tetapi sekaligus dapat dikonversi ke huruf putih pada latar belakang hitam. Evaluasi CCTV harus mencakup pengujian dengan item dunia nyata termasuk surat kabar, buku telepon, tagihan listrik, amplop ditujukan, surat tulisan tangan, kartu ucapan, majalah, buku cek, foto, kaleng makanan, botol obat, kuku pasien , formulir pajak, buku alamat, resep, dan perhiasan. Mengisi jarum suntik insulin atau melakukan glucometry harus menunjukkan untuk diabetes tergantung insulin. Preferensi untuk ukuran gambar, jenis kontras, warna dan kemampuan untuk mengoperasikan sistem harus ditentukan. Gerak masalah dari gambar bergerak pada layar dapat dikurangi dengan monitor yang lebih besar yang memungkinkan menampilkan teks lebih pada satu waktu.
CCTV kini cenderung dipergunakan untuk anak-anak yang menyandang ketunanetraan yang lebih berat yang membutuhkan tingkat magnifikasi yang lebih tinggi daripada yang dapat diperoleh dari alat optik. CCTV terdiri dari sebuah kamera televisi yang diletakkan di atas sebuah meja X Y yang dapat dipindah-pindahkan dan dihubungkan ke monitor tayangan video. Pada umumnya kamera itu terpaku, menunjuk ke bawah ke arah penyimpan bahan bacaan, sehingga bahan bacaan harus diletakkan tepat di bawah lensa kamera. Penyimpan bahan bacaan itu tidak dapat diatur ketinggiannya sehingga magnifikasi hanya dapat diperoleh secara elektronik atau dengan menggunakan "zoom camera". Magnifikasi berkisar dari 2x hingga 100x. Sebaiknya menggunakan monitor berkualitas baik yang frekuensi kerdipannya lebih besar dari 50 Hertz (Hz), karena ini dapat menghilangkan kedipan listrik yang mengurangi ketajaman penglihatan pada penyandang low vision. Sistem modern dibuat dengan frekuensi kerdipan di atas 60 Hz.
CCTV tersedia dalam versi monokrom (hitam-putih) ataupun warna. Penggunaan CCTV warna untuk anak-anak pengidap disfungsi macula patut dipertanyakan karena sistem yang hitam-putih biasanya akan memberikan hasil yang lebih baik. Dua opsi yang tersedia pada CCTV monokrom adalah menayangkan tulisan hitam pada latar putih atau menggunakan sistem negatif untuk menayangkan tulisan putih pada latar hitam. Telah ditemukan bahwa menggunakan tulisan putih pada latar hitam lebih nyaman dan memberikan ketajaman yang lebih baik bagi mereka yang mengidap retinitis pigmentosa.
Kelebihan dari sistem CCTV adalah kemampuannya untuk memvariasikan iluminasinya dan kekontrasan citra yang dihasilkannya. Seorang anak tunanetra sering lebih menyukai kekontrasan yang lebih tinggi daripada yang terdapat pada dokumen aslinya. Pengalaman telah menunjukkan bahwa anak yang mengidap kondisi macula degeneratif dan mereka yang kehilangan kebeningan pada media optiknya membutuhkan cahaya yang lebih terang dan kekontrasan yang lebih tinggi.Sistem CCTV yang lebih kompleks mungkin menyediakan beberapa fitur tambahan. Sistem ini mungkin dapat dihubungkan ke mesin tik atau komputer. Sebuah kamera jarak jauh mungkin juga tersedia, sehingga papan tulis maupun bahan bacaan dapat terbaca. Dalam hal ini, CCTV itu perlu dilengkapi dengan layar monitor yang dapat terbagi sehingga tulisan jarak jauh dapat terlihat pada satu sisi layar itu dan bahan bacaan ditayangkan pada sisi lainnya. Juga memungkinkan untuk "menutupi" bagian-bagian tertentu dari layarnya so that sehingga hanya satu baris tulisan saja yang terlihat. Dalam mode hitam-putih, bagian layar yang tertutupi itu tampak hitam, dan dalam mode putih-hitam bagian yang tertutupi itu tampil putih. Terdapat juga fasilitas untuk menggarisbawahi teks. Tentu saja banyak masalah yang terkait dengan sistem CCTV dibandingkan dengan alat-alat optik yang sederhana. CCTV lebih mahal dan tidak mudah dibawa-bawa. Untuk mengatasi hal yang kedua tersebut, dalam beberapa tahun terakhir ini telah diperkenalkan kamera genggam seperti mouse komputer yang dapat dihubungkan ke pesawat televisi biasa (lihat Gambar 7.12). Kisaran magnifikasinya bervariasi, tergantung pada besarnya layar, tetapi dengan layar datar modern yang lebih besar, magnifikasinya dapat mencapai 25x. Semua sistem dengan model genggam ini kini hanya tersedia dengan tayangan hitam-putih; akan tetapi, sistem warna pun akan tersedia dalam waktu dekat ini. Penggunaan CCTV dengan Kombinasi Alat-alat Lain Alat-alat bantu low vision lainnya dapat dipergunakan dengan CCTV. Misalnya, alat magnifikasi garis yang dipasang pada kedua tepi layar monitor dapat merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan magnifikasi dari CCTV. Selain itu, sebuah alat magnifikasi genggam dapat diberi standar yang fleksibel seperti standar lampu baca, sehingga dengan mudah dapat didorong ke depan layar dan ditarik kembali jika tidak diperlukan. Satu cara lain untuk meningkatkan magnifikasi CCTV adalah dengan menghubungkannya ke sistem komputer, dan untuk ini diperlukan perangkat lunak khusus.
E. Teleskop.
Teleskop dapat membantu orang dengan low vision memperbaiki penglihatan jarak. Jarak pandang yang mencakup melihat papan tulis di ruang kelas, melihat papan menu di sebuah restoran cepat saji, atau melihat panggung di konser atau tindakan di sebuah acara olahraga.
Teleskop alat ini hanya digunakan untuk membesarkan benda dari jarak jauh, misalnya untuk melihat tanda-tanda di jalanan. Mungkin lebih berguna bagi penderita daya penglihatan rendah yang lensa minusnya atau kelainan rabun jauhnya sudah parah. Namun teleskop, dengan beberapa modifikasi, ada yang bisa dipasang pada kacamata.
Cara yang paling sederhana dan praktis untuk meningkatkan ketepatan penglihatan jauh pada anak-anak tunanetra adalah dengan memperkecil jarak antara mata dan obyek yang ingin dilihatnya. Dengan memperkecil jarak pandang dengan setengahnya, besarnya citra pada retina otomatis berlipat dua, tetapi kualitas citranya tidak terganggu. Permasalahan timbul jika jarak pandang dari mata ke obyek pandang itu tidak dapat diubah. Dalam hal seperti ini, alat bantu low vision teleskopik merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan ketepatan penglihatan jauh itu. Teleskop ada yang dirancang untuk fokus tertentu dan ada pula yang dirancang untuk fokus yang dapat diubah-ubah, dan dapat dipergunakan dengan kaca mata ataupun tanpa kaca mata.
Teleskop dengan Fokus Yang Dapat Diubah-ubah (Variable Focus Telescopes)
Alat magnifikasi jenis ini dapat diubah-ubah jaraknya antara lensa obyektif dan lensa matanya, sehingga kisaran fokusnya luas. Lensa-lensanya tersimpan dalam bingkai pelindung dari logam sehingga terhindar dari kerusakan oleh debu. Dengan memutar pelindung logamnya, teleskop ini berubah fokusnya dari jauh ke dekat. Contoh teleskop dengan fokus yang dapat diubah-ubah ini antara lain adalah Eschenbach, teleskop monokuler untuk fokus pendek, dan teleskop monokuler Keeler 8x. Alat magnifikasi teleskopik Keeler itu terutama bagus karena dilapisi karet pelindung sehingga sangat tercegah dari kerusakan akibat benturan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Low Vision adalah rusaknya fungsi penglihatan yang tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula meskipun melalui penanganan medis, seperti operasi, penggunaan obat-obatan, dan tidak dapat dikoreksi secara refraktif dengan kacamata ataupun lensa kontak. Tetapi Low Vision masih mempunyai sisa penglihatan yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti; mampu berjalan tanpa bantuan tongkat, meskipun mengalami berbagai hambatan dan kesulitan.
Alat-alat Optik yang digunakan yakni Kacamata pembesar lebih kuat dari gelas biasa. Mereka dirancang untuk bekerja dekat, sehingga kacamata pembesar meninggalkan kedua tangan bebas untuk memegang bahan bacaan. Stand Magnifier Seperti halnya alat magnifikasi genggam, alat magnifikasi berdiri ini mudah didapat. Hand Magnifier Ini merupakan bentuk alat bantu low vision yang paling sederhana dan paling banyak dipergunakan. Kita perlu sangat berhati-hati dengan kaca pembesar ini karena tingkat magnifikasi yang dinyatakan pada alat ini mungkin tidak sesuai dengan yang dibutuhkan anak. Konsep CCTV adalah sederhana. Sebuah kamera video digunakan secara real time untuk menangkap gambar dari bahan bacaan dan menampilkannya pada monitor.
Teleskop dapat membantu orang dengan low vision memperbaiki penglihatan jarak. Jarak pandang yang mencakup melihat papan tulis di ruang kelas, melihat papan menu di sebuah restoran cepat saji, atau melihat panggung di konser atau tindakan di sebuah acara olahraga.
DAFTAR PUSTAKA
Review Didi Tarsidi Conseling and Blindness ( http://d-tarsidi.blogspot.com) 16 Maret 2012
Review Low Vision (http://translate.google.co.id/ low-vision.htm) 16 Maret 2012
Review Apa itu low vision (http://bisa-foundation.or.id/2011/06/apa-itu-low-vision/) 16 Maret 2012.
Review Low Vision Scribd (http://www.scribd.com/doc/49851653/low-vision) 16 Maret 2012.
Review Tiba-tiba ia tak jelas membaca (http://dunia-kesehatan.com/tiba-tiba-ia-tak-jelas-membaca&catid=39:umum) 16 Maret 2012
Review Low Vision (http://translate.google.co.id/tlow-vision-aids.html) 16 Maret 2012.
Review Low Vision Introduction (http://translate.google.co.id/translate. Low_vision_re.htm) 16 Maret 2012.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar